
"Gift "
KRIIINNNGGGG.
Bel tanda istirahat berbunyi nyaring di sepanjang
koridor sekolah Konoha High School, membuat siapapun yang
mendengarnya mendesah lega karena dapat terlepas dari kegiatan yang
menyita tenaga dan pikiran barang sejenak.
Segerombolan siswi
nampak berlarian dengan kecepatan di atas rata-rata menuju sebuah
ruangan, kantin? Sepertinya bukan, karena tujuan para siswi itu adalah
kelas XII jurusan IPA 1, kelas di mana Sasuke Uchiha berada.
"Teme,
kenapa firasatku tidak enak ya?" ujar Naruto kepada Sasuke yang
dipanggilnya dengan panggilan khusus itu.
"…"
Ah, kali ini
Sasuke sama sekali tidak merespon, sepertinya ia merasakan hal yang sama
dengan Naruto.
"Sasuke-kun! Kyaaaa…"
"Sasu-koi!"
"Sasu-nyan~!
"Sasu-pyon~!
"Sas-Uke~!
GUBRAK!
What
the?
Sasuke menggeram pelan saat mendengar berbagai panggilan
tidak elit yang ditujukan padanya itu, segera saja ia memberikan deathglare
gratis pada siapapun di tempat itu yang kini tengah berusaha
menahan tawanya, terutama Naruto.
"Bwahahahahahaha! Teme,
sepertinya panggilanku masih lebih bagus dari pada mereka," ujar Naruto
seraya tertawa lebar. Bola matanya melirik ke arah segerombolan siswi
yang kini tengah berlari menuju tempat mereka.
"Diam kau, Dobe,"
ujar Sasuke dingin, sial!
"Sasuke-kun! Besok adalah hari ulang
tahunmu 'kan? Kau mau hadiah apa dariku?" tanya salah satu siswi
berambut merah yang dengan ganjennya memeluk lengan Sasuke.
"Ah,
kau curang, Karin! Aku juga mau memeluk lengan Sasu-pyon!" ujar gadis
disebelahnya seraya memeluk lengan Sasuke yang satunya lagi setelah
sebelumnya mengusir Naruto yang berada di sebelah pria itu.
"Aaa,
aku iri dengan Karin-san dan Tayuya-san," ujar salah satu siswi yang
juga ikut mengerumuni Sasuke. Siswi-siswi lainnya tidak bisa melakukan
apapun, pasalnya, Karin dan Tayuya adalah ketua Sasuke FC, dan hanya
mereka sajalah yang boleh mendekati Sasuke.
"Hentikan panggilan
menjijikkan itu," ujar Sasuke dingin seraya melepaskan kedua lengannya
kasar dari pelukan kedua gadis di sebelahnya.
"Eh, kenapa? Ya
sudahlah. Oh ya, besok kau mau hadiah apa dariku, Sasuke-kun?" tanya
Tayuya seraya menatap Sasuke penuh harap. Ah, besok memang tanggal dua
puluh tiga juli, hari ulang tahun Sasuke.
"Ne, kau juga boleh
meminta apa saja dariku," sambung Karin disertai anggukan para fans
fanatik Sasuke di belakangnya.
"Menjauh dariku," ucap Sasuke
tegas.
"Eh? Mana bisa begitu," ujar Karin dengan nada manja.
"Hn."
"Baiklah,
kau tinggal tunggu saja besok, aku pasti akan memberimu hadiah
termewah," sambung Karin lagi dengan mata berbinar-binar.
"Tidak
perlu. Siapapun dari kalian yang memberiku hadiah, aku akan membuangnya
di tempat sampah!" ujar Sasuke dengan nada yang lebih tinggi dari
sebelumnya, membuat para siswi yang mengerumuninya bergidik takut
karenanya.
"Ta-tapi ka-"
"Pergi!" usir Sasuke memotong
kalimat Tayuya, sepertinya pria itu sedang badmood sehingga
berkata kasar seperti itu.
Karin, Tayuya dan siswi lainnya pun mau
tidak mau meninggalkan tempat itu, guratan kekecewaan jelas terlihat
dari wajah mereka. Bagaimana tidak? Padahal mereka begitu menantikan
hari ulang tahun idola mereka, tetapi sang idola justru tidak mau
mendapatkan hadiah apapun. Ckckc…
"Lagi-lagi seperti itu, valentine
lalu juga dia mengatakan hal yang sama," ujar Sakura yang duduk
tidak jauh dari tempat kejadian, di depannya tampak Hinata Hyuuga yang
juga ikut memperhatikan kejadian tadi.
"Tapi Karin dan Tayuya
pasti akan tetap memberikan Uchiha-san hadiah," ujar Hinata menyambung
pembicaraan dengan Sakura.
"Tapi Sasuke benar-benar membuangnya
loh, waktu itu aku tidak sengaja melihatnya membakar semua coklat
pemberian fansnya. Untung saja aku tidak memberikannya apapun
waktu itu," ujar Sakura sarkastik.
"Eh? Sakura-chan juga berniat
memberikan Uchiha-san coklat?" tanya Hinata heran, pasalnya, selama ini
hanya ia dan Sakura saja yang tidak pernah terlihat mendekat ke arah
Sasuke.
"Iya, tapi itu dulu. Sebelum aku berpacaran dengan
Gaara-kun, hehehe," ujar Sakura santai seraya nyengir ala Naruto, sedang
Hinata pun hanya tersenyum tipis menanggapinya.
Sasuke Uchiha,
putra bungsu keluarga Uchiha yang terkenal akan bisnisnya yang merambah
hingga ke luar negeri. Selain wajahnya yang tampan, pria itu juga
memiliki kemampuan otak di atas rata-rata. Tidak heran jika banyak siswi
yang memujanya, sehingga kejadian di kelas tadi adalah hal biasa yang
sering terjadi.
Sasuke terkenal dingin dalam meladeni gadis
manapun, tetapi hal itu tidak meruntuhkan niat para siswi untuk
mendekati sang pangeran tampan tersebut.
Meski sikapnya dingin,
pria itu tetap bisa bergaul dengan lingkungan sekitarnya. Lihat saja
sahabat terbaiknya, Uzumaki Naruto yang mempunyai sikap sangat bertolak
belakang dengannya.
Sasuke sedikit bersyukur karena di tempatkan
di kelas XII IA 1 dimana kemampuan anak-anak di dalamnya di atas
rata-rata, ia tidak akan bisa membayangkan bagaimana jika dirinya satu
kelas dengan salah satu fansnya yang tadi ikut mengerumuninya.
Yeah,
siswi di kelas ini memang hanya sedikit –berhubung total murid secara
keseluruhan juga hanya beberapa. Sangat menguntungkan karena siswi-siswi
yang berada di kelasnya itu tidak ada yang menjadi fansnya
–mungkin karena kebanyakan dari mereka sudah memiliki pacar atau mereka
terlalu waras untuk melakukan hal-hal menjijikan seperti mengerumuni
Sasuke, menyenangkan namun tetap menimbulkan kekecewaan di hatinya. Eh?
"Na-Naruto-kun…"
panggil sebuah suara yang terdengar begitu lembut di telinga siapapun.
Naruto yang saat itu tengah berbincang-bincang dengan Sasuke dan
beberapa teman sekelasnya pun menoleh dan mendapati Hinata yang kini
berdiri di sebelahnya dengan wajah memerah.
"Eh, ada apa,
Hinata-chan?" tanya Naruto penuh semangat, bibir pria itu terangkat
membentuk sebuah senyuman.
"I-ini, semalam aku membuat syal.
Orang-orang di rumahku sudah mendapat bagian, ini untuk Naruto-kun,"
ujar Hinata seraya menyerahkan sebuah tas kardus kecil berisikan syal di
dalamnya.
"Eh? Benarkah? Wah, ini bagus sekali, Hinata! Arigatou
ne…" ujar Naruto girang seraya mengeluarkan syal tersebut dari
tempatnya.
"Syukurlah jika Naruto-kun menyukainya," ujar Hinata
seraya tersenyum.
"Tapi kenapa warnanya biru tua, Hinata-chan?
Rasanya lebih cocok untuk si Teme deh," ujar Naruto seraya mengamati
syal tersebut.
"Aa, itu… ano, benang yang tersisa tinggal warna
itu saja," ujar Hinata sedikit menunduk.
"Alasanmu tidak berubah,
semua pemberianmu kan warnanya sama semua. Biru tua," ujar Naruto penuh
selidik.
"Eh? Be-benarkah? A-aku tidak sadar," jawab Hinata gugup.
"Hmm,
ya sudah. Yang penting ini untukku 'kan? Makasih banyak, ya!" ujar
Naruto lagi seraya tersenyum.
Hinata pun ikut tersenyum melihat
Naruto, beberapa detik kemudian gadis itu pun menjauh kembali ke tempat
duduknya.
"Ne, Naruto. Lagi-lagi kau mendapat sesuatu dari
Hinata-chan, biki iri saja," ujar Kiba dengan wajah cemberut.
Ya,
ini bukan pertama kalinya Hinata memberi sesuatu pada Naruto, sebelumnya
gadis itu pernah memberikannya coklat, gantungan Hp, bento, kue
kering dll. Seluruh penghuni kelas itu sudah tahu dengan sikap Hinata
itu, hanya saja mereka sedikit kebingungan karena sampai sekarang Hinata
juga tidak pernah mengatakan bahwa ia menyukai Naruto.
"Kalau
dipikir-pikir, hanya Hinata di sekolah ini yang sama sekali tidak pernah
mencoba memberikan apapun padamu, Sasuke." Ujar Naruto seraya
menerawang.
"Setuju! Padahal hampir satu sekolah sudah pernah
memberikanmu sesuatu, Sakura saja pernah," ujar Kiba menyetujui.
"Itu
artinya dia tidak tertarik denganmu," ujar Sai santai dengan seulas
senyum palsu di wajahnya.
"Berisik!" ujar Sasuke geram seraya
beranjak pergi meninggalkan teman-temanya.
"Eh? Dia kenapa tuh?"
tanya Kiba heran, sedang yang lain hanya tersenyum tipis melihat tingkah
Sasuke itu. Mereka jelas tahu, bahwa Sasuke menyukai Hinata.
('.\)(/.\)(/.')
Sasuke melangkah
gontai menuju tempat favoritnya, atap sekolah. Bel masuk akan berbunyi
beberapa menit lagi, tapi ia tidak peduli, sesekali bolos tidak akan
mengurangi nilainya. Heh…
Kembali pria itu teringat kejadian
beberapa menit lalu saat Hinata yang lagi-lagi memberikan sesuatu pada
Naruto, cih! Apa bagusnya si Dobe itu dibanding dirinya? Lihat, semua
siswi memujanya, tapi kenapa gadis itu justru sebaliknya?
Hinata
Hyuuga, gadis berambut indigo dengan wajah polosnya yang terlihat manis
bagi siapapun. Sasuke tidak dapat memungkiri bahwa ia jatuh cinta pada
gadis itu pada pandangan pertama beberapa tahun lalu, sejak mereka masih
di junior high school.
Ia dan Hinata memang satu sekolah
saat SMP dulu, ia bahkan masuk ke sekolah ini demi mengikuti Hinata.
Awalnya Sasuke mengira Hinata akan mengejarnya duluan sehingga ia tidak
perlu bersusah payah mendekati gadis itu, tetapi perkiraannya salah
total.
Ia bahkan menyesali sikap angkuhnya tatkala menyadari bahwa
sahabatnya –Naruto Uzumaki- lah yang lebih sering mendapat perhatian
dari gadis itu. Damn!
Pikiran pemuda itu kian kusut saat
menyadari bahwa besok adalah hari ulang tahunnya, merepotkan.
Keluarganya pasti akan membuat kejutan –yang tidak sepantasnya disebut
kejutan karena ia sama sekali tidak terkejut- untuknya, kejutan yang
akan sangat merepotkan pada akhirnya.
Belum lagi para siswi yang
begitu memujanya itu, Sasuke bertaruh bahwa para siswi itu tidak akan
mempedulikan gertakannya tadi.
Bukan tanpa alasan Sasuke melakukan
itu semua, ia hanya tidak ingin memberikan harapan kepada siapapun
dengan menerima hadiah-hadiah pemberian mereka. Selain itu, ia memang
hanya menginginkan satu hadiah, apapun itu. Ya, apapun itu asal Hinata
lah yang memberikannya.
Ng? Sudah berapa lama ia duduk berdiam
diri di tempat ini? Entahlah, yang pasti pelajaran ke tiga pasti sudah
berlangsung beberapa menit lalu.
Tap tap tap.
Samar-samar
Sasuke mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekat ke arah
tempatnya berada, siapapun itu pasti berniat bolos sama sepertinya.
Mata
onyxnya sedikit melebar kala melihat orang yang sejak tadi
dipikirkannya membuka pintu atap sekolah dan melangkah pelan dalam diam,
Hinata Hyuuga.
"Hinata?"
"Eh? U-Uchiha-san?" Hinata tentu
terkejut saat melihat Sasuke yang juga berada di tempat itu, lebih
tepatnya ia malu. Ia malu ketahuan bolos oleh sang pangeran sekolah
tersebut, padahal selama ini ia terkenal sebagai murid yang rajin.
"Aku
tidak menyangka kau akan membolos juga," ujar Sasuke seraya menyeringai
lebar, membuat wajah Hinata yang kini berdiri di hadapannya semakin
merah padam.
"Ti-tidak, a-aku hanya sedikit mencari udara segar,"
bantah Hinata dengan suaranya yang tesendat-sendat, sepertinya ia gugup.
"Pelajaran
telah dimulai sejak beberapa menit lalu, Hinata. Ayolah, kenapa kau
membantahnya?" tanya Sasuke masih dengan seringainya, pria itu pastilah
bermaksud menggoda gadis di hadapannya itu.
"Aaa, se-sebaiknya
a-aku meninggalkan tempat ini," ujar Hinata terbata-bata seraya mulai
beranjak pergi, sayang sekali niatnya itu harus terhenti karena Sasuke
yang kini menahan pergelangan tangannya.
"Temani aku di sini,"
ujar Sasuke tegas seraya memandang lembut kedua mata lavender Hinata.
"Eh?"
"Kau
berniat membolos kan? Kalau begitu tidak ada salahnya jika kau
menemaniku di sini, setidaknya sampai jam ketiga berakhir."
Dan
dengan gerakan cepat, Sasuke segera mendudukkan Hinata di sebelahnya,
pria itu lalu membaringkan tubuhnya dan menjadikan paha Hinata sebagai
bantal tidurnya. Aaa, Hinata pasti sudah semerah tomat saat ini.
"U-Uchiha-san?"
"Sasuke,"
ujar Sasuke seraya memandang wajah Hinata dari bawah.
"Eh?"
"Panggil
aku Sasuke," perintah Sasuke.
"…"
"Kenapa?" tanya Sasuke
saat tidak mendapat respon apapun dari Hinata.
"Bolehkah? Aku
takut kau marah," ujar Hinata pelan. Bukan tanpa alasan Hinata
mengatakan hal itu, Sasuke memang selalu marah-marah tidak jelas pada
siswi yang mencoba memanggilnya dengan nama kecilnya, sok akrab.
"Tidak
masalah," ujar Sasuke seraya tersenyum tipis, membuat wajah Hinata kian
memerah. Gadis itu pun mulai menggerakkan bibirnya secara perlahan,
mencoba memanggil nama kecil dari pria yang berbaring di pangkuannya
itu.
"Sa-Sasuke," ucap Hinata pelan.
"Pakai suffix 'kun',
aku ingin kau memanggil namaku sama seperti kau memanggil Naruto,"
koreksi Sasuke. Hinata pun kembali mencoba memanggil nama pria itu,
kenapa rasanya sulit sekali sih?
"Sa-Sasuke-kun," ujar Hinata
kemudian, gadis itu memalingkan wajahnya ke samping demi menghindari
senyuman Sasuke yang akan membuatnya semakin memerah.
"Ya, aku
suka mendengarnya. Teruslah memanggilku dengan nama itu," ujar Sasuke
seraya tersenyum, pria itu pun lalu mulai menutup kedua kelopak matanya
berusaha memasuki alam mimpi.
Sungguh menyenangkan, berada sedekat
ini dengan Hinata sungguh menyenangkan baginya. Rasanya seperti
mendapatkan hadiah terindah saat ulang tahunnya, hadiah yang datang
sehari lebih cepat.
…
Hinata
memandangi wajah Sasuke yang kini tertidur pulas di pangkuannya, tampan.
Wajar saja bila pria ini memiliki banyak penggemar, karena wajahnya
benar-benar tampan terlebih lagi saat tengah tertidur seperti ini.
Tanpa
sadar tangan mungil gadis itu bergerak menuju kepala Sasuke,
mengusap-usap pelan rambut ravennya sehingga membuat pria itu semakin
merasa nyaman di pangkuannya. Gadis itu bahkan tidak sadar bahwa ia
tengah tersenyum lebar kali ini, rasanya ia tidak menyesal karena
membolos pelajaran.
('.\)(/.\)(/.')
Sasuke
membuka kedua bola matanya perlahan saat mendengar bunyi bel pergantian
jam yang begitu nyaring, sudah waktunya untuk ia dan Hinata
meninggalkan tempat ini dan mengikuti pelajaran keempat.
Sasuke
sedikit tidak rela untuk menghancurkan momen yang tengah dirasakannya
kini, tetapi apa boleh buat, Hinata pasti akan protes jika mereka tidak
kembali pada jam pelajaran keempat.
Pria itu lalu menggerakkan
tubuhnya perlahan, mencoba mengusir rasa ngantuk yang masih
menyerangnya. Sasuke sedikit heran karena Hinata yang tidak kunjung
berbicara maupun bergerak, ia pun menoleh ke arah gadis itu dan
mendapatkan pemandangan yang begitu disukainya, Hinata yang tengah
tertidur.
Hei, apa salahnya membolos dua jam berturut-turut?
Setelah
merasa tenaganya telah pulih, diam diam Sasuke memindahkan posisi
Hinata ke pangkuannya, dengan sangat berhati-hati agar gadis itu tidak
terbangun dari tidurnya. Hinata menggeliat pelan dalam tidurnya,
sepertinya ia menikmati posisi barunya.
Sasuke mengelus-ngelus
pelan puncak kepala Hinata yang bersandar di dada bidangnya, pria itu
lalu menghirup dalam-dalam aroma lavender yang menguar dari tubuh gadis
itu, rasanya begitu menyenangkan.
Tanpa sadar, mata Sasuke kini
beralih ke arah bibir Hinata yang sedikit terbuka. Naluri prianya
membuatnya harus menelan ludah saat membayangkan bagaimana bila ia
mencium bibir mungil itu. Hei, kenapa tidak?
Sasuke lalu
menggerakkan perlahan kepala Hinata mendekat ke arahnya, dan tanpa
basa-basi lagi Sasuke mengecup pelan bibir gadis itu.
CUP.
Manis…
Sasuke
memalingkan wajahnya yang sedikit merona, untung saja Hinata masih
terlelap. Entah mengapa ia sangat malu, padahal tidak ada seorangpun
yang melihatnya saat ini.
Uhk, tanpa sadar Sasuke kembali
memandangi bibir mungil Hinata, jujur saja, satu kecupan tidak cukup
baginya. Tidak, bukan hanya satu, bahkan seratus kecupan pun tidak akan
pernah membuatnya puas. Sasuke ingin memilikinya, bibir mungil itu
beserta pemiliknya.
Sasuke kembali mendekatkan wajahnya ke wajah
Hinata dan mulai mengecup bibir gadis itu –lagi. Untung saja Hinata
begitu terlelap dalam tidurnya, jika tidak, gadis itu pasti akan
menjerit saat mendapati Sasuke yang kini tengah melumat bibirnya dengan
–ehm- rakus.
…
Hinata begitu
terkejut saat –tanpa sengaja- mendengar suara deringan bel panjang yang
memekakkan telinga, astaga! Itu bel tanda jam pelajaran telah berakhir!
Hinata
tentu menyesali dirinya yang tertidur begitu lelap sehingga tidak
mendengar suara bel pergantian jam, bolos dua jam berturut-turut? Rekor
untuknya!
"Kau sudah bangun?" tanya Sasuke, menyadarkan Hinata
bahwa ia tidak sendiri di tempat itu.
"I-iya," ujar Hinata sedikit
heran, harusnya wajahnya lah yang merona karena malu saat ini, tetapi,
kenapa justru wajah Sasuke yang merona kala memandangnya?
"Kita
harus kembali, kelas pasti sudah kosong," ujar Sasuke seraya beranjak
dari posisinya.
"Sa-Sasuke-kun…"
"Hn?"
"Ke-kenapa
tidak membangunkanku?" tanya Hinata malu, terlebih lagi saat melihat
seringai yang mulai terlukis di wajah Sasuke.
"Aku tidak tega
membangunkanmu, terlebih lagi kau terlihat sangat nyaman tidur bersandar
di dadaku," goda Sasuke.
Mau tidak mau Hinata kembali mengingat
bagaimana posisinya saat baru bangun tadi, wajahnya lantas memerah saat
mengingat bagaimana ia menggeliat pelan di pangkuan Sasuke tadi.
Pangkuan Sasuke! Bagaimana mungkin dia baru menyadarinya?
"A-arigatou…"
ujar Hinata seraya menunduk.
"Harusnya aku yang berterima kasih,
Hinata. Terima kasih untuk hari ini," ujar Sasuke seraya tersenyum
tipis, senyum yang membuat Hinata sedikit penasaran akan maknanya.
Ah,
tidakkah kau merasakannya, Hinata? Tentang bibirmu yang sedikit bengkak
saat ini? Mungkin itulah alasan mengapa Sasuke berterima kasih padamu.
('.\)(/.\)(/.')
"Sasuke-kuunnnn!
Terimalah hadiah dariku," ujar seorang siswi berambut coklat seraya
menyerahkan sebuah bungkusan berwarna biru tua. Tidak hanya itu, di
belakang gadis itu pun berdiri beberapa puluh siswi dengan maksud yang
sama.
Cih, padahal jam sekolah telah berakhir, tetapi para siswi
yang berdatangan unuk memberinya hadiah tak kunjung habis. Apa mereka
tidak jera? Padahal baru saja Sasuke membakar semua hadiah pemberian
mereka di belakang sekolah, kejam.
"Chouji!" panggil Sasuke saat
melihat salah satu pemuda bertubuh gemuk yang dikenalnya melangkah
keluar gerbang sekolah.
"Ada apa, Sasuke?" tanya Chouji seraya
mendekat.
Sasuke pun mengambil kotak hadiah dari siswi tadi dengan
kasar dan menyerahkan pada Chouji.
"Ini untukmu," ujar Sasuke
cuek.
"Dan kalian, bagi yang ingin memberiku hadiah, silahkan
serahkan ke Chouji. Dia yang mewakiliku," lanjut Sasuke lagi seraya
melangkah pergi, tentu saja sikapnya itu menimbulkan kekecewaan di hati
para fansnya tetapi justru kebahagiaan bagi Chouji. Ckck…
Sasuke
melangkah sedikit tergesa-gesa menyusuri koridor sekolah yang telah
sepi, ia mencari Hinata. Sejak tadi Hinata tidak pernah mengatakan
apapun padanya, bahkan tidak ada tanda-tanda bahwa gadis itu akan
memberinya hadiah di hari ulang tahunnya ini.
Ck, jika memang
Hinata tidak berniat memberikannya hadiah, maka ia akan memintanya
sendiri.
Sasuke membuka kasar pintu ruangan klub memasak saat
mencium aroma kue yang keluar dari dalamnya. Benar saja, Hinata berada
di dalam, dengan wajah yang terlihat kebingungan dan sebuah pancake
tomat di hadapannya.
Braakk.
Sasuke menutup pintu ruangan
itu kasar, lalu berjalan mendekat ke arah Hinata yang semakin
kebingungan. Wajah Sasuke yang terlihat sangat serius mau tidak mau
membuat Hinata sedikit ketakutan, apa yang akan dilakukan pria itu?
"Kue
ini, apa kau akan memberikannya ke Naruto, lagi?" tanya Sasuke penuh
selidik.
"I-iya," jawab Hinata ragu.
Braakk!
"Kyaaa…!"
Hinata
menatap Sasuke nanar, pria itu dengan kasarnya kini menghimpit tubuhnya
di dinding ruangan itu. Mata Onyx Sasuke jelas menatapnya tajam, ada
kekecewaan di sana, kekecewaan mendalam yang bercampur luka.
"Apa
kau tahu kalau hari ini adalah hari ulang tahunku?" tanya Sasuke sinis
seraya mempersempit jarak di antara mereka, hidung keduanya kini
bersentuhan langsung, membuat masing-masing dari mereka dapat merasakan
nafas satu sama lain.
"Y-ya," jawab Hinata gugup.
"Lalu,
kenapa kau tidak memberikanku hadiah apapun? Kau malah berniat
memberikan Naruto sebuah kue di hari ulang tahunku, apa maksudmu, hah?"
bentak Sasuke tiba-tiba, tentu saja hal ini membuat Hinata terkejut
hingga tanpa sadar gadis itu mengeluarkan air matanya.
"Ma-maaf,
ta-tapi bukankah Sa-Sasuke-kun ti-tidak mau menerima hadiah apapun?"
jelas Hinata, gadis itu tampak menahan isakannya.
"Benarkah? Aku
tidak ingat jika hal itu juga berlaku untukmu," ujar Sasuke jujur,
membuat Hinata menatap tidak percaya ke arahnya.
"Aku ingin
memintanya sekarang, Hinata. Bukan hanya hadiah ulang tahunku, tetapi
juga hadiah-hadiah lain yang seharusnya kau berikan padaku. Seperti
coklat valentine maupun hadiah natal," ujar Sasuke masih menatap
Hinata tajam.
"A-apa yang kau inginkan dariku?" tanya Hinata
langsung.
"Semuanya, aku ingin semuanya. Aku ingin kau memberiku
semua yang ada pada dirimu, aku menginginkan dirimu," ujar Sasuke tegas.
Hinata
tentu terkejut dengan kalimat Sasuke itu, sulit dipercaya!
"Ke-kenapa?"
"Kenapa?
Tentu saja kerena aku menyukai, tidak! Tetapi aku mencintaimu, bahkan
sejak kita masih SMP," aku Sasuke, pria itu lalu memeluk Hinata erat,
membuat gadis itu sedikit kesulitan bernafas karenanya.
"Aku tahu
kau menyukai Naruto, tetapi aku sudah tidak bisa menahan perasaanku
lebih lama lagi. Aku menyukaimu dan aku ingin memilikmu," lanjut Sasuke
lagi.
Hinata terisak pelan dalam dekapan Sasuke, gadis itu kian
mencengkram erat baju pria itu.
"Ke-kenapa? Kenapa kau baru
mengakuinya sekarang? Kau tidak tahu bagaimana aku berusaha membunuh
perasaanku ini sejak dulu, rasanya begitu sakit," ujar Hinata semakin
terisak, bahu gadis itu bahkan bergetar hebat dalam dekapan Sasuke.
"Hinata?
Kau, bukannya kau menyukai Naruto?" ujar Sasuke tidak percaya, bibir
pria itu terangkat membentuk senyuman saat dirasanya kepala Hinata yang
menggeleng pelan.
"Satu-satunya pria yang aku sukai adalah Sasuke
Uchiha, tidak ada yang lain. Tapi aku terlalu takut untuk mengakuinya,
aku takut kau memperlakukanku sama seperti gadis-gadis lain yang mencoba
mendekatimu," aku Hinata.
Sasuke tentu saja tersenyum senang
mendengar pengakuan Hinata itu, di lepaskannya dekapannya lalu
diangkatnya tubuh gadis itu kedalam gendongannya. Sasuke tersenyum
sekali lagi saat melihat wajah Hinata yang kian memerah karena
perlakuannya.
"Jadi, apakah itu alasan mengapa semua barang
pemberianmu pada Naruto berwarna biru tua? Warna kesukaanku?" tanya
Sasuke memastikan.
Hinata pun mengangguk pelan, rasanya lidahnya
terasa kelu untuk mengeluarkan kalimat apapun.
"Kau takut
memberikannya padaku sehingga menjadikan Naruto sebagai penggantinya?"
tanya Sasuke lagi dan kembali mendapatkan anggukan pelan dari Hinata
sebagai jawaban.
Sasuke tersenyum miris menyadari kebodohannya
selama ini, andai saja ia tidak terlalu angkuh untuk mendekati Hinata,
ia pasti tidak perlu makan hati melihat semua barang permberian Hinata
–yang seharusnya menjadi milikknya- beralih kepada Naruto. Poor Sasuke!
"Jadi,
apa kau akan memberikan hadiahku?" tanya Sasuke seraya mendudukkan
dirinya di salah satu kursi yang berada di ruangan itu.
"Me-memangnya
apa yang kau inginkan, Sasuke-kun?" tanya Hinata balik, membuat Sasuke
mengernyitkan dahinya sejenak karena kecewa.
"Kau tidak ingat?
Bukankah baru saja aku memintamu menjadi milikku?" ujar Sasuke kemudian.
"Jadi,
apa kau akan mengabulkannya? Ini akan menjadi hadiah terindah sepanjang
hidupku," lanjut Sasuke lagi seraya tersenyum menggoda.
"A-aku
tidak bisa menolak kan?" ujar Hinata malu-malu. Ups! Kalimat gadis ini
membuat seringai Sasuke semakin melebar, watch out, Hinata!
"Ya,
kau tidak bisa menolak," ujar Sasuke seraya mengecup bibir mungil
Hinata. Hinata tentu saja terkejut, tetapi tidak menolak. Bukan karena
tenaganya yang lemah, tetapi lebih kepada karena ia menikmatinya.
"Aaa,
kue ini juga sebenarnya untukku bukan?"
Tentu saja, siapapun tahu
bahwa Naruto kurang menyukai tomat, sebaliknya, Sasuke sangat
menyukainya. Untung saja Hinata belum memberikannya pada Naruto, jika
tidak, maksud dan tujuannya kemungkinan besar pasti akan ketahuan.
('.\)(/.\)(/.')
"Hinata-chan!
Huaaaa…!"
"Eh?"
Hinata tentu saja terkejut saat tiba-tiba
mendengar suara teriakan Naruto yang memanggil namanya, terlebih lagi
saat pemuda itu tiba-tiba saja memeluknya di koridor sekolah.
Apa
yang terjadi? Ini masih pukul delapan pagi dan Naruto sudah berlari
memeluknya seraya meraung-raung tidak jelas. Gadis itu bahkan merasakan
sesak saat Naruto kian memeluknya erat.
"Na-Naruto-kun?"
"Huaaa…!
Teme sialan!" raung Naruto.
"Na-Naruto-kun? Ada apa?" tanya
Hinata kebingungan.
"Hiks, Hinata-chan. Apa kau tahu kalau tadi
malam si Teme itu datang ke rumahku dan mengambil paksa semua
barang-barang pemberianmu? Huaaa…! Padahal aku menyukai semuanya,
terutama syal berwarna biru itu," adu Naruto, pria blonde itu kini
terlihat bagai anak kecil yang baru saja kehilangan mainannya. Yeah,
tidak jauh beda sih.
"Berhenti memeluknya!"
Sebuah tangan
kekar tiba-tiba saja menarik kerah baju bagian belakang milik Naruto
secara paksa, hingga mau tidak mau pria blonde itu harus melepaskan
pelukannya pada tubuh Hinata.
"Sa-Sasuke-kun," ujar Hinata pelan.
"Hn,"
Sasuke berjalan santai tanpa mempedulikan Naruto yang kini menatapnya
marah, pria itu lalu menarik Hinata ke dalam pelukannya sembari memberi
tatapan –hanya aku yang boleh memeluknya- pada Naruto.
"Teme
jahat! Padahal aku sangat menyukai syal itu," rengek Naruto lagi.
"A-aku
akan membuatkan untuk Naruto-kun lagi, nanti," ujar Hinata menenangkan,
rasannya tidak tega melihat kelakuan Naruto yang kini meringkuk tidak
jelas.
"Benarkah?" tanya Naruto dengan mata berbinar-binar,
senyuman pria itu kini mengembang di wajah tampannya.
"Tidak
boleh! Kau tidak perlu membuatkan apapun lagi untuknya, Hinata," ujar
Sasuke tegas.
"Eh?"
"Mulai sekarang, Hinata hanya boleh
memperhatikanku! Tidak ada lagi hadiah untukmu, hanya untukku. Jelas?"
ujar Sasuke seraya menatap Naruto angkuh.
"Eh? Memangnya kenapa?"
tanya Naruto polos.
"Tentu saja karena Hinata milikku, dan aku
tidak suka melihatnya memperhatikan orang lain selain aku. Cukup aku
saja," ujar Sasuke puas.
"A-apa?"
"Kyaaa!"
"Ti-tidak
mungkin!"
"Sasuke-kunnn! Hiks…"
Hinata terbelalak kaget saat
mendengar suara teriakan yang tiba-tiba saja menggema di sepanjang
koridor sekolah tempatnya berada, gadis itu kini baru menyadari bahwa
sejak tadi, ia, Sasuke dan Naruto menjadi pusat perhatian di tempat itu.
"Kalian
dengar? Aku tidak akan menerima pemberian apapun selain dari Hinata,"
jelas Sasuke seraya memandang angkuh ke arah para siswi yang tidak
percaya dengan hubungannya dengan Hinata.
Dan Hinata pun hanya
bisa pasrah saat Sasuke menariknya menuju kelas meninggalkan koridor
yang sesak itu, dalam hati ia sedikit merutuki sikap Sasuke yang begitu
bangga mengumumkan hubungan mereka.
Sedang Sasuke? Jangan ditanya,
pria itu kini tengah tersenyum riang di balik wajah stoic miliknya.
Tidak pernah terbayangkan bahwa ia akan mendapatkan hadiah terindah di
hari ulang tahunnya tahun ini, dan itu semua berkat Hinata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar